Apa Itu Pent-Up Demand yang Terjadi Secara Tiba-Tiba

  • admin
  • Jul 11, 2021

Bekerja.id – Dalam aktivitas bisnis, demand atau permintaan atas produk atau jasa tentunya akan jadi perhatian oleh perusahaan, ya kan Sahabat Bekerja?

Nah, hal yang penting terus dijaga adalah keseimbangan antara permintaan dan supply-nya (penawaran), yang mana bila hal itu bisa dicapai, maka usaha akan berjalan dengan stabil.

Tetapi, tidak bisa disangkal jika perusahaan ingin menerima demand yang tinggi, karena pastinya keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan akan ikut bertambah. Hal itu bisa didapat bila perusahaan sanggup memasok semua permintaan customer.

Lalu, apa yang terjadi bila permintaan yang tinggi terjadi secara mendadak? Nah, hal inilah yang disebutkan pent-up demand, Sahabat Bekerja. Masih belum tahu tujuannya? Yuk ulas bersama!

Apa itu pent-up demand?

Menurut Investopedia, pent-up demand atau permintaan terpendam merujuk pada keadaan di mana keinginan untuk service atau produk luar biasa kuat.

Pent-up demand memvisualisasikan peningkatan pesat dalam permintaan untuk service atau produk, umumnya setelah masa pengeluaran yang tenang. Customer cenderung tunda melakukan pembelian selama resesi, membuat backlog permintaan yang dilepaskan saat tanda-tanda pemulihan ada.

Keinginan terpendam umumnya terjadi produk barang eksklusif dan hiburan yang memiliki sifat diskresioner atau tipe pengeluaran yang tanpa dilaksanakan pun keberlangsungan rumah tangga atau bisnis masih bisa jalan.

Sering, permintaan yang terpendam percepat masa perbaikan ekonomi segera sesudah penurunan ekonomi.

Kok bisa terjadi pent-up demand?

Sesuai pengertian di atas, proses awal berlangsungnya pent-up demand diawali dari terjadinya keadaan ekonomi yang jatuh, yang membuat konsumen cenderung menunda pembelian atas barang atau jasa yang dapat diundur.

Tentunya hal tersebut dilakukan dalam rangka penghematan dan juga bisa digunakan untuk menyisihkan dana darurat. Penangguhan itu mengakibatkan permintaan untuk barang dan jasa menjadi rendah.

Lalu, sesudah keadaan ekonomi membaik, mulai pent-up demand terjadi. Customer mulai mengeluarkan uangnya untuk keperluan yang sebelumnya tertahan dan keinginan berbelanja yang lama tidak tersalurkan.

Cara mengukurnya bagaimana?

Yang dapat kamu lakukan untuk menghitung pent-up demand dengan melihat umur rata-rata stock suatu produk, yang dinilai berdasar pola konsumsi dan depresiasi untuk beberapa macam barang. Nah, umumnya umur rata-rata ini cenderung stabil. Tetapi, angkanya akan bertambah saat krisis atau keadaan ekonomi yang susah terwujud.

Seperti apakah sih, contoh terjadinya pent-up demand?

Nah, contoh keadaan pent-up demand barusan kita rasakan di pandemi Covid-19 ini lho, Sahabat Bekerja! Karena ada pandemi dan pemberlakuan pembatasan aktivitas masyarakat, pada akhirnya ekonomi negara juga turut anjlok. Tidak cuman di Indonesia, keadaan ini terjadi nyaris di semua penjuru dunia!

Pada akhirnya, keadaan ini membuat masyarakat lebih memutuskan untuk hemat dan tidak keluarkan uangnya untuk belanja produk dan jasa yang bukan kebutuhan primer.

Nah, beberapa lalu, sempat terjadi pelonggaran pembatasan nih Sahabat Bekerja, yang pada akhirnya membuat masyarakat mulai lakukan banyak aktivitas di luar rumah.

Di tengah-tengah pandemi yang membuat kita diharuskan untuk jaga imun, masyarakat cari aktivitas yang membahagiakan dan menyehatkan, satu diantaranya naik sepeda.

Hal itu lah yang pada akhirnya membuat permintaan untuk sepeda bertambah tajam! Nah, keadaan yang mendadak inilah adalah salah satu wujud nyata dari pent-up demand.

Apa sih akibat kejadian pent-up demand ini?

Sama dengan teori ekonomi yang sering kita dengar bahkan juga kerap kita alami, saat permintaan meningkat tinggi, maka harga akan ikut meningkat, betul kan Sahabat Bekerja?

Penjual atau pemilik usaha bisa menawarkan harga yang lebih tinggi dibanding harga umumnya. Tetapi, kenaikan harga tidak menurunkan niat customer untuk beli karena hasrat belanja yang ingin disalurkan demikian tinggi.

Sama mirip contoh di atas, pada akhirnya harga sepeda juga membumbung tinggi, bahkan juga untuk beberapa merk tertentu, harga dapat capai Rp 40 juta per sepeda, lho!