Bekerja.id, – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengumumkan penggunaan blok pita frekuensi radio 2,3 GHz pada rentang 2.360-2390 MHz. Rencananya penggunaan pita frekuensi tersebut akan digunakan untuk pemakaian jaringan 5G yang akan dimulai di tahun 2021.
Terdapat lima operator yang mengikuti lelang dan mengambil dokumen seleksi, namun yang melakukan setor balik dokumen ada empat operator antara lain Telkomsel, Smaartfren, Tri, dan XL Axiata. Kemudian Kominfo melakukan seleksi dari empat operator tersebut hanya dipilih tiga yang dua diantaranya operator lokal asli Indonesia seperti Telkomsel dan Smartfren.
Adapun tiga operator yang lolos seleksi dari Kominfo antara lain Telkomsel, Smartfren, dan Hutchison Tri Indonesia (Tri). Dari masing-masing operator tersebut memiliki tiga blok A, B, dan, C dengan alokasi pita frekuensi gabungan 30Mhz.
Operator Smartfren mendapatkan bagian blok A, kemudian Hutchison Tri Indonesia mendapatkan blok B, sedangkan Telkomsel mendapatkan blok C. Tiga operator tersebut Smartfreen, Tri, dan Telkomsel masing-masing memiliki alokasi sebesar 10 Mhz. Penawaran harga ketiga operator tersebut sama yaitu dengan harga Rp144,8 miliar untuk masing-masing blok.
Rincian wilayah di masing-masing blok
Blok A (Smartfren):
- Rentang 2.360–2.370 MHz pada zona 1 (Sumatra bagian utara),
- Rentang 2.360–2.370 MHz pada zona 4 (Banten, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi),
- Rentang 2.360–2.370 MHz pada zona 5 (Jawa bagian barat, kecuali Bogor, Depok, dan Bekasi),
- Rentang 2.360–2.370 MHz pada zona 6 (Jawa bagian tengah),
- Rentang 2.360–2.370 MHz pada zona 7 (Jawa bagian timur),
- Rentang 2.360–2.370 MHz pada zona 9 (Papua),
- Rentang 2.360–2.370 MHz pada zona 10 (Maluku dan Maluku Utara),
- Rentang 2.360–2.370 MHz pada zona 12 (Sulawesi Bagian Utara).
Blok B (Tri):
- Rentang 2.370–2.375 MHz pada zona 1 (Sumatra bagian utara)
- Rentang 2.370–2.380 MHz pada zona 4 (Banten, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi)
- Rentang 2.370–2.380 MHz pada zona 5 (Jawa bagian barat, kecuali Bogor, Depok, dan Bekasi)
- Rentang 2.370–2.380 MHz pada zona 6 (Jawa bagian tengah),
- Rentang 2.370–2.380 MHz pada zona 7 (Jawa bagian timur),
- Rentang 2.370–2.380 MHz pada zona 9 (Papua),
- Rentang 2.370–2.380 MHz pada zona 10 (Maluku dan Maluku Utara),
- Rentang 2.370–2.380 MHz pada zona 12 (Sulawesi bagian utara),
- Rentang 2.375–2.380 MHz pada zona 15 (Kepulauan Riau).
Blok C (Telkomsel):
- Rentang 2.380–2.390 MHz pada zona 4 (Banten, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi),
- Rentang 2.380–2.390 MHz pada zona 5 (Jawa bagian barat, kecuali Bogor, Depok, dan Bekasi),
- Rentang 2.380–2.390 MHz pada zona 6 (Jawa bagian tengah),
- Rentang 2.380–2.390 MHz pada zona 7 (Jawa bagian timur),
- Rentang 2.380–2.390 MHz pada zona 9 (Papua),
- Rentang 2.380–2.390 MHz pada zona 10 (Maluku dan Maluku Utara),
- Rentang 2.380–2.390 MHz pada zona 12 (Sulawesi bagian utara),
- Rentang 2.380–2.390 MHz pada zona 15 (Kepulauan Riau).
3 operator pengguna frekuensi 2,3GHz dicabut lisensinya
Operator telekomunikasi Broadband Wireless Access (BWA) sebelumnya menggunakan frekuensi 2,3GHz. Pada Desember 2018 Kominfo akan mencabut ijin frekuensi tiga operator BWA antara lain PT Internux, Jasnita Telekomindo, dan PT First Media Tbk (KBLV).
Dengan tidak memperpanjang lisensi operator BWA tersebut Kominfo akan melakukan pengalihan frekuensi untuk layanan mobile seluler. Saat ini Smartfren memiliki lebar pita 30Mhz, sedangkan Telkomsel memiliki pita frekuensi 2,3Ghz dengan lebar 30Mhz, dan PT Hardayaperkasa yang sudah tersebar di beberapa zona.
Kini Telkomsel dan Smartfreen mendapatkan tambahan 10Mhz untuk mendukung 5G jadi masing-masing memiliki lebar pita 40Mhz, kemudian Tri Indonesia 10Mhz, dan PT Berca Hardayaperkasa. Hasil tersebut disampaikan Johnny G Plate selaku Menteri Kominfo sebagai penetapan resmi pemenang seleksi.
Heru Sutadi selaku Direktur Eksekutid ICT Institute, adanya frekuensi 2,3GHz untuk 5G sebenarnya belum matang. Belum banyak negara yang menggunakan frekuensi 2,3Ghz untuk mendukung 5G”, ujarnya.
Dapat diartikan bahwa hadirnya jaringan 5G yang ideal, Indonesia harus mengikuti dunia di frekuensi 3,5GHz dan 2,6 GHz, supaya investasi yang digunakan dapat menghadirkan produk yang lebih murah.
“Apabila tidak sesuai dengan ekosistem akan timbul kesulitan interoperabilitas saat menggunakan ponsel di negara lain maupun wisatawan manca negara yang datang ke Indonesia. Di sisi lain kesesuaian frekuensi juga menentukan harga perangkat tersebut. Jika jarang dipakai maka akan mahal,” ujarnya.
Apa tantangan selanjutnya?
Hadirnya jaringan 5G di Indonesia tidak hanya permintaan pasar saja, namun regulasi dan investasi yang perlu persiapan yang matang.
John Mustapha selaku CEO Forest Interactive menjelaskan bahwa hadirnya jaringan 5G untuk operator seluler dibutuhkan spektrum yang cukup, dan memastikan spektrum yang dipasng tidak mengganggu spektrum yang lainnya.
“Uji coba yang dilakukan di Malayasia masih banyak konflik yang berasal dari pengedaran spektrum. Di sisi lain kedatangan jaringan 5G sangat dinantikan oleh pemilik bisnis,” Kata Johari saat Webinar Forest Interactive, Kamis (17/12/2020).
Di sisi lain permasalahan perangkat menjadi tantangan untuk mendatangkan jaringan 5G. Salah satunya adalah penggunaan ponsel 5G yang ada di Indonesia masih di dominasi oleh perangkat kelas premium.
Selain itu dari segi kecepatan jaringan 5G membutuhkan layanan data yang besar untuk mendukung kecepatan jaringan, sehingga membuat pelanggan boros terhadap layanan data.
Bahkan diperdiksi 5 tahun kedepan pertumbuhan jaringan 5 sangat cepat, selain itu menurut laporan Forest Interactive di tahun 2025 akan ada sekitar 7 miliar ponsel pintar dan akan bertambah 1,6 miliar jika dibandingkan tahun 2020.
Jumlah tersebut diprediksi ponsel pintar yang mendukung jaringan 5G sebanyak 57,63 persen sedangkan pada jaringan 4G sebanyak 20,06 persen. Selain itu 17,18 persen dan 5,13 persen akan terhubung melalui jaringan 3G dan 2G.
Diperkirakan di tahun 2025 akan ada 338 juta ponsel pintar di Indonesia yang terhubung jaringan telekomunikasi. Jumlah ponsel pintar yang mendukung jaringan 5G sebanyak 5,24 persen, sedangkan untuk jaringan 4G akan ada 81,14 persen, dan 13,44 persen terhubung jaringan 3G.
Terkait dengn pemerataan penggunaan jaringan internet, Kominfo mengatakan masih ada sekitar 150 ribu titik layanan publik yang belum memiliki akses internet yang handal, bahkan 12 ribu lebih desa/kelurahan yang belum terjangkau jaringan 4G.